GBI Gema Golgota

Kamis, 20 Juni 2013

Rabu, 19 Juni 2013

Senin, 17 Juni 2013

Sabtu, 15 Juni 2013

Anniversary Days

Thema : 


INILAH TAHUN
KEMENANGAN YANG BERGELOMBANG




 Berkat kemurahan Tuhan dan campur tangan-Nya Perayaan Ulang Tahun GBI Gema Golgota ke-20  pada hari Minggu,Tanggal  07 Juli 2013 yang akan  diadakan di komplek Ruko Prima Ciputat pukul 17.00 WIB


Dengan semakin bertambahnya usia GBI Gema Golgota Kami percaya gelombang-gelombang kemengangan akan menjadi bagian dari Gereja kami, tuhan Yesus memberkati.

Kamis, 13 Juni 2013

Selasa, 11 Juni 2013

Senin, 10 Juni 2013

DALAM PIMPINAN ROH KUDUS (1)

DALAM PIMPINAN ROH KUDUS (1)
Baca:  Mazmur 51:1-21

"Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!"  Mazmur 51:13



Sebagai orang percaya kehidupan kita harus berbeda dari kehidupan orang-orang di luar Tuhan karena di dalam diri kita ada Roh kudus, seperti tertulis:  "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?"  (1 Korintus 3:16) dan  "...Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia."  (1 Yohanes 4:4).  Kuasa itulah yang senantiasa menyertai perjalanan hidup kita, bahkan penyertaanNya atas kita sampai kepada akhir zaman.  Tanpa Roh Kudus kita tidak akan sanggup melewati tantangan hidup ini karena musuh selalu ada di sekeliling kita.  "Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya."  (1 Petrus 5:8).

     Kekuatan kita sebagai manusia sangat terbatas.  Karena itu firmannya menasihati, "Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?"  (Yesaya 2:22), sementara uang, kekayaan, jabatan, tentara atau popularitas juga sama sekali tidak bisa menjadi sandaran dan penolong bagi kita.  Inilah yang disadari Daud meski dia adalah seorang raja, berlimpah harta kekayaan, pemegang kekuasaan tertinggi dan juga ditopang oleh pasukan tentara yang kuat, tapi kesemuanya itu tak ada yang sanggup menolong hidupnya.  Daud pun mengakui, "Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi."  (Mazmur 121:2), "Sesungguhnya, Allah adalah penolongku; Tuhanlah yang menopang aku."  (Mazmur 54:6).  Tanpa campur tangan Tuhan ia benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak punya arti apa-apa.  Itulah sebabnya Daud sangat membutuhkan penyertaan Tuhan melalui kuasa Roh kudus dalam hidupnya.  Ia pun memohon kepada Tuhan,  "...janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!"  (ayat nas).

     Tidak bisa dibayangkan jika kuasa Tuhan (RohNya) meninggalkan kita dan tidak lagi menyertai kita!  Ini yang terjadi dalam diri Saul.  "TUHAN telah mengoyakkan dari padamu jabatan raja atas Israel pada hari ini dan telah memberikannya kepada orang lain yang lebih baik dari padamu."  (1 Samuel 15:28).  Tanpa kuasa Tuhan menyertai, Saul harus menuai kegagalan dan kehancuran dalam hidupnya!  (Bersambung)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Juni 2013 -

DALAM PIMPINAN ROH KUDUS (1)

DALAM PIMPINAN ROH KUDUS (1)
Baca:  Mazmur 51:1-21

"Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!"  Mazmur 51:13

Sebagai orang percaya kehidupan kita harus berbeda dari kehidupan orang-orang di luar Tuhan karena di dalam diri kita ada Roh kudus, seperti tertulis:  "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?"  (1 Korintus 3:16) dan  "...Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia."  (1 Yohanes 4:4).  Kuasa itulah yang senantiasa menyertai perjalanan hidup kita, bahkan penyertaanNya atas kita sampai kepada akhir zaman.  Tanpa Roh Kudus kita tidak akan sanggup melewati tantangan hidup ini karena musuh selalu ada di sekeliling kita.  "Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya."  (1 Petrus 5:8).

     Kekuatan kita sebagai manusia sangat terbatas.  Karena itu firmannya menasihati, "Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?"  (Yesaya 2:22), sementara uang, kekayaan, jabatan, tentara atau popularitas juga sama sekali tidak bisa menjadi sandaran dan penolong bagi kita.  Inilah yang disadari Daud meski dia adalah seorang raja, berlimpah harta kekayaan, pemegang kekuasaan tertinggi dan juga ditopang oleh pasukan tentara yang kuat, tapi kesemuanya itu tak ada yang sanggup menolong hidupnya.  Daud pun mengakui, "Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi."  (Mazmur 121:2), "Sesungguhnya, Allah adalah penolongku; Tuhanlah yang menopang aku."  (Mazmur 54:6).  Tanpa campur tangan Tuhan ia benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak punya arti apa-apa.  Itulah sebabnya Daud sangat membutuhkan penyertaan Tuhan melalui kuasa Roh kudus dalam hidupnya.  Ia pun memohon kepada Tuhan,  "...janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku!"  (ayat nas).

     Tidak bisa dibayangkan jika kuasa Tuhan (RohNya) meninggalkan kita dan tidak lagi menyertai kita!  Ini yang terjadi dalam diri Saul.  "TUHAN telah mengoyakkan dari padamu jabatan raja atas Israel pada hari ini dan telah memberikannya kepada orang lain yang lebih baik dari padamu."  (1 Samuel 15:28).  Tanpa kuasa Tuhan menyertai, Saul harus menuai kegagalan dan kehancuran dalam hidupnya!  (Bersambung)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Juni 2013 -

Jumat, 07 Juni 2013

DAUD: Pilihan Tuhan (2)

DAUD: Pilihan Tuhan (2)
Baca:  Mazmur 78:65-72

"dipilih-Nya Daud, hamba-Nya, diambil-Nya dia dari antara kandang-kandang kambing domba;"  Mazmur 78:70

Kemampuan Daud memainkan kecapi membawanya ke dalam istana sebagai pelayan Saul.  Bukan sekedar mampu, tapi di dalam dirinya ada urapan Tuhan sehingga setiap kali kecapi itu dimainkan Roh Tuhan melawat.  "Dan setiap kali apabila roh yang dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur dari padanya."  (1 Samuel 16:23).  Tuhanlah yang menjadikan suara kecapi Daud berkuasa atas roh-roh jahat.

     Untuk menjadi pribadi yang dipilih Tuhan Daud terlebih dahulu harus melewati proses pembentukan bertahun-tahun.  Ia belajar setia, taat dan rendah hati melalui tugas yang dipercayakan kepadanya:  penggembala domba dan pelayan Saul.  "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar."  (Lukas 16:10).  Keberanian Daud juga terbentuk saat berada di padang, "Tuhan yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu."  (1 Samuel 17:37).

     Pengalaman inilah yang membuatnya punya keberanian menghadapi Goliat.  Ia berani bukan karena merasa kuat tapi karena ada keberanian Ilahi di dalamnya, di mana ia percaya bahwa ada Tuhan yang akan menyertainya.  Bila manusia memilih seseorang seringkali berdasar atas apa yang terlihat dari luar:  penampilan, gagah, tampan, cantik.  Padahal penampilan luar itu seringkali menipu dan mengecoh kita, oleh karena itu kita diingatkan:  "Don't judge the book from the cover!"  Daud dipilih Tuhan bukan karena ia memiliki perawakan yang ideal bak peragawan, tapi karena Tuhan melihat hatinya.  FirmanNya kepada Samuel,  "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."  (1 Samuel 16:7).  Setia, taat dan rendah hati ada dalam diri Daud, maka Tuhan memilih dan mengurapinya.

"...sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh Tuhan atas Daud."  1 Samuel 16:13b
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Juni 2013 -

Kamis, 06 Juni 2013

Rabu, 05 Juni 2013

Selasa, 04 Juni 2013

DI BALIK KEBERHASILAN MUSA (2)

DI BALIK KEBERHASILAN MUSA (2)
Baca:  Amsal 19:1-29

"...isteri yang berakal budi adalah karunia TUHAN."  Amsal 19:14



Musa luput dari hukuman Tuhan karena tindakan penyelamatan yang dilakukan isterinya.  Ia sangat beruntung memiliki isteri yang cakap (Amsal 12:4) dan juga berakal budi (ayat nas), yang mampu menjalankan perannya dengan baik.  Ketika menghadapi pergumulan berat Musa tidak berjuang seorang diri, ada isteri yang selalu siap menolong.  Ketika sang suami melakukan kesalahan fatal, Zipora mampu menguasai diri dengan baik sehingga tidak terpancing emosi, mengomel atau pun menyudutkan suami.  Ia menunjukkan kualitasnya sebagai isteri yang baik.  Sebagai isteri, Zipora mampu menjalankan perannya sebagai partner hidup yang luar biasa.  Tak bisa dipungkiri,  "
Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!"  (Pengkotbah 4:9-10).  Tanpa dukungan isteri yang takut akan Tuhan, karir Musa pasti hancur.

     Sebagai isteri, sudahkan kita menjalankan peran kita dengan baik, sehingga keberadaan kita benar-benar menjadi penolong bagi suami?  Kehadiran seorang isteri sangat dibutuhkan oleh suami di segala keadaan, terlebih lagi ketika suami sedang dalam masalah berat, terpuruk, sakit, pailit.  Isteri harus selalu setia mendampingi suami.  Jangan malah sebaliknya, ketika suami sedang tak berdaya dan berada di ambang kehancuran, si isteri pergi meninggalkannya dan mencari laki-laki lain.  Bukankah kasus seperti ini marak terjadi?  Saat suami berada di 'puncak', isteri begitu cinta terhadap suami, tapi ketika suami 'jatuh', isteri berubah sikap dan menyia-nyiakannya.  Alkitab mengingatkan,  "Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji."  (Amsal 31:30).

     Peranan Zipora bukan hanya berpengaruh besar bagi kehidupan Musa secara pribadi, tapi juga sangat berdampak bagi generasi-generasi berikutnya.  Keturunan Musa dan Zipora menjadi anak-anak yang takut akan Tuhan dan juga terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan, karena mereka termasuk dalam golongan suku Lewi.

     Zipora bukan saja penolong bagi Musa, tapi juga ibu yang menjadi teladan bagi anak-anaknya!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Juni 2013 -