GBI Gema Golgota

Selasa, 27 Agustus 2013

Sabtu, 24 Agustus 2013

HAMBA KECIL BERIMAN BESAR (1)

HAMBA KECIL BERIMAN BESAR (1)
Baca:  2 Raja-Raja 5:1-27

"Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya."  2 Raja-Raja 5:3

Naaman adalah salah satu tokoh di dalam Alkitab, namanya tidak asing di telinga orang Kristen.  Ia sangat terkenal, berkuasa, berpengaruh dan dihormati oleh banyak orang.  Sebagai panglima raja Aram bisa dikatakan sebagai tangan kanan raja, karena itu ia sangat dikasihi oleh raja.  Naaman bukan hanya seorang jenderal, tapi juga seorang pahlawan perang yang gagah perkasa.  Kontribusinya bagi negara tak diragukan lagi.

     Meski memiliki posisi tinggi dan terpandang ada satu 'noda' dalam hidup Naaman, yaitu penyakit kusta yang dideritanya.  Siapa pun orangnya dan setinggi apa pun pangkatnya jika terserang penyakit ini pasti dijauhi banyak orang;  apalagi di kalangan orang Ibrani penyakit kusta dianggap najis dan berbahaya karena dapat menular kepada orang lain.  Maka dari itu orang yang menderita sakit ini harus diasingkan dari masyarakat luas.  Tidak seorang pun yang diperbolehkan bersentuhan dengannya.  "Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya."  (Imamat 13:46).

     Di rumah Naaman ada anak perempuan kecil dari Israel yang merupakan tawanan yang dibawa oleh gerombolan orang Aram saat terjadi perang, dan ia dijadikan hamba bagi isteri Naaman.  Melihat tuannya sakit kusta, hamba kecil ini pun memberanikan diri menyampaikan usulannya kepada isteri Naaman,  "Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya."  (2 Raja-Raja 5:3).  Nabi yang dimaksudkan adalah Elisa.  Sebagai anak Yahudi, ia tahu banyak tentang mujizat-mujizat yang dilakukan Elisa.  Ia pun bersaksi kepada majikan perempuannya tentang kedahsyatan kuasa Allah bangsa Israel yang dinyatakan melalui Elisa.  Hamba kecil ini sangat percaya jika tuannya mau datang kepada abdi Allah itu pasti akan sembuh.  Mungkin orang akan berpikir,  "Masakan seorang tuan yang berpangkat jenderal dan terpandang harus mendengarkan saran seorang budak kecil?"  Memang ini tidak mudah, dibutuhkan kerendahan hati.  Namun yang ada di benak Naaman hanyalah bagaimana ia bisa sembuh dari sakit kustanya.  Maka Naaman tidak perlu merasa gengsi atau jaim ('jaga image').  (Bersambung)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Agustus 2013 -

Kamis, 22 Agustus 2013

Selasa, 20 Agustus 2013

Senin, 19 Agustus 2013

Rabu, 14 Agustus 2013

YESUS KRISTUS: Penebus Dosa Manusia!

YESUS KRISTUS: Penebus Dosa Manusia!
Baca:  Kolose 1:1-14

"
di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa."  Kolose 1:14



Sebelum kita bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita sesungguhnya berada di dalam cengkeraman kuasa kegelapan.  Kita berada di bawah kekuasaan kerajaan Iblis dan diperbudak oleh dosa seperti tertulis:  "Dahulu memang kamu hamba dosa,"  (Roma 6:17), dan sedang berjalan menuju kepada kebinasaan kekal.  Namun syukur kepada Allah, karena kasihNya  "...Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."  (Yohanes 3:16).

     Jadi inisiatif keselamatan itu datangnya dari Allah sendiri.  Dia membebaskan kita dari cengkeraman kuasa dosa dan memerdekakan kita dari dosa melalui PuteraNya Yesus Kristus.  Kepada setiap orang yang percaya dan beriman kepada Yesus Kristus Kasih Allah dinyatakan.  Tuhan Yesus menyampaikan hal ini dalam doaNya kepada Bapa, "...memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku; dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka."  (Yohanes 17:25-26).  Ini menunjukkan bahwa setiap orang yang berada di luar Kristus  (tidak berada di dalam Dia) belum ditebus dan belum beroleh pengampunan dosa.  Jika di luar Tuhan Yesus kita dapat menerima pengampunan dosa, Dia tidak perlu mati di atas kayu salib;  melalui pengorbanan Kristus kita diperdamaikan dengan Allah dan tidak lagi berada di bawah kuasa hukum dosa.

     Kita ditebus bukan dengan barang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah Kristus yang mahal, yang tak bernoda dan tak bercacat  (baca 1 Petrus 1:18-19).  Jadi  "...tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan."  (Ibrani 9:22b).  Namun, darah binatang tidak dapat menebus dosa manusia,  "Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa."  (Ibrani 10:4).  Di zaman Perjanjian Lama darah binatang sebagai korban penebusan dosa hanyalah lambang dari korban yang sesungguhnya darah Kristus.

Dosa manusia hanya dapat ditebus oleh Darah Anak Domba Allah yaitu darah Yesus Kristus saja!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Agustus 2013 -

Senin, 05 Agustus 2013

Jumat, 02 Agustus 2013

MEMBENARKAN DIRI SENDIRI (1)

MEMBENARKAN DIRI SENDIRI (1)
Baca:  Matius 7:1-5

"Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."  Matius 7:5



Menghakimi dan melihat segala kesalahan atau kelemahan orang lain, meski itu sekecil kuman, adalah pekerjaan yang paling mudah dilakukan.  Sedangkan yang paling sulit adalah melihat kesalahan diri sendiri meski kesalahan itu begitu besar.  Itulah sifat alamiah manusia.  Firman Tuhan mengingatkan kita dengan keras,  "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi."  (Matius 7:1).  Dan  "Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain."  (Galatia 6:4).  Sikap membenarkan diri sendiri dan menganggap orang lain sebagai sumber kesalahan atau ketidakbenaran adalah tindakan yang tidak berkenan kepada Tuhan.  Siapakah sesungguhnya kita ini?

     Perhatikan apa yang disampaikan Yesus dalam perumpamaannya mengenai dua orang yang pergi ke rumah Tuhan untuk berdoa yaitu orang Farisi dan pemungut cukai (baca  Lukas 18:9-14).  Kita tahu orang Farisi mahir firman Tuhan, terkenal dengan keahlian dan pengajarannya tentang Kitab suci sehingga ia sangat disegani dan dihormati umat Israel.  Secara kasat mata orang melihatnya sebagai orang yang tekun menjalankan ibadahnya.  Karena itu doa-doa yang dipanjatkan orang Farisi ini berisi seabrek laporan aktivitas rohaninya:  kesetiaannya beribadah, berpuasa 2x seminggu, memberikan persepuluhan dan semua hal yang Alkitabiah.  Ia menganggap diri sempurna, benar, suci, lebih hebat, merasa tidak sama dengan orang lain.  Dengan sombongnya ia berkata di hadapan Tuhan  "...aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;"  (Lukas 18:11).

     Lalu perhatikan pemungut cukai itu:  berdiri jauh-jauh, bahkan tidak berani menengadah ke atas, tapi menundukkan kepalanya dalam-dalam, serta memukul-mukul dirinya karena merasa dirinya tidak layak di hadapan Tuhan,  "Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini."  (Lukas 18:13).  Ia menyadari keberadaan dirinya yang kotor, hina dan penuh dengan dosa.  Sebagai pemungut cukai ia memiliki reputasi yang buruk di mata masyarakat.  Semua orang menjauhinya dan sudah mencap jelek dirinya. (Bersambung)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Agustus 2013 -