MATA TERARAH
KEPADA TUHAN
Baca: 2 Korintus 4:16-18
"Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan," 2 Korintus 4:18
Ada kata bijak mengatakan bahwa musuh terberat kita adalah diri sendiri. Hal ini nyata benar ketika kita membiarkan diri ini dikendalikan hanya oleh kelima indera kita dari pada tunduk kepada pimpinan Roh Tuhan. Akhirnya kedagingan dan indera kita yang mendominasi sehingga kita pun terpaku pada realita atau kenyataan yang ada bukannya tertuju kepada firman Tuhan. Ketika kita membicarakan ketidakpercayaan atau sesuatu yang bertentangan dengan apa yang telah Tuhan sampaikan dalam firmannya kita sedang memimpin diri kita kepada kegagalan. "Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya." (Roma 8:6-7). Secara tubuh jasmani kehidupan kita bisa dikendalikan oleh keinginan lima indera yang ada. Hanya jika kita membawa kelima indera kita dalam penyerahan kepada Roh Kudus dan firman Tuhan lah kita mampu untuk melangkah dalam keyakinan iman.
Jangan memandang kepada situasi yang ada atau masalah yang sedang kita hadapi, tetapi arahkanlah pandangan kita kepada Allah yan perkasa di dalam Yesus Kristus. Inilah yang dilakukan Daud: "Mataku tetap terarah kepada Tuhan," (Mazmur 25:15). Saat berada dalam pergumulan yang sangat berat Ayub pun bersikap: "Sekalipun aku dicemoohkan oleh sahabat-sahabatku, namun ke arah Allah mataku menengadah sambil menangis," (Ayub 16:20). Tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan. Karena itu, kita harus menyerahkan imajinasi dan pikiran-pikiran negatif kita yang bertentangan dengan firman kepada Tuhan. Inilah yang dilakukan rasul Paulus, "Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus," (2 Korintus 10:5b), sehingga ia tetap kuat dan bertahan ditengah ujian dan penderitaan yang mendera, "sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat." (2 Korintus 5:7).
Seringkali kita membayangkan bahwa permasalahan yang terjadi adalah seperti Goliat, raksasa dari Filistin yang sepertinya sulit untuk ditaklukkan. Kemudian kita menjadi gelisah dan tawar hati, lalu kita menyerah kepada keadaan yang ada. Kita tidak boleh digerakkan oleh perasaan atau pemikiran kita, atau bagaimana situasi yang terlihat di hadapan kita. Kita harusnya digerakkan pada apa yang dikatakan Tuhan dalam firmanNya seperti Daud yang berpegang teguh pada kebenaran firmannya, sehingga Goliat pun terkapar di tangannya. Biarkanlah angin bertiup dan badai menyerang! Tuhan Yesus adalah Batu Karang kita sampai selama-lamanya.
Selama kita berdiri pada Batu Karang yang teguh, apa pun yang kita lihat, apa pun yang terjadi tidak dapat menggoyahkan kita.
Baca: 2 Korintus 4:16-18
"Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan," 2 Korintus 4:18
Ada kata bijak mengatakan bahwa musuh terberat kita adalah diri sendiri. Hal ini nyata benar ketika kita membiarkan diri ini dikendalikan hanya oleh kelima indera kita dari pada tunduk kepada pimpinan Roh Tuhan. Akhirnya kedagingan dan indera kita yang mendominasi sehingga kita pun terpaku pada realita atau kenyataan yang ada bukannya tertuju kepada firman Tuhan. Ketika kita membicarakan ketidakpercayaan atau sesuatu yang bertentangan dengan apa yang telah Tuhan sampaikan dalam firmannya kita sedang memimpin diri kita kepada kegagalan. "Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya." (Roma 8:6-7). Secara tubuh jasmani kehidupan kita bisa dikendalikan oleh keinginan lima indera yang ada. Hanya jika kita membawa kelima indera kita dalam penyerahan kepada Roh Kudus dan firman Tuhan lah kita mampu untuk melangkah dalam keyakinan iman.
Jangan memandang kepada situasi yang ada atau masalah yang sedang kita hadapi, tetapi arahkanlah pandangan kita kepada Allah yan perkasa di dalam Yesus Kristus. Inilah yang dilakukan Daud: "Mataku tetap terarah kepada Tuhan," (Mazmur 25:15). Saat berada dalam pergumulan yang sangat berat Ayub pun bersikap: "Sekalipun aku dicemoohkan oleh sahabat-sahabatku, namun ke arah Allah mataku menengadah sambil menangis," (Ayub 16:20). Tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan. Karena itu, kita harus menyerahkan imajinasi dan pikiran-pikiran negatif kita yang bertentangan dengan firman kepada Tuhan. Inilah yang dilakukan rasul Paulus, "Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus," (2 Korintus 10:5b), sehingga ia tetap kuat dan bertahan ditengah ujian dan penderitaan yang mendera, "sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat." (2 Korintus 5:7).
Seringkali kita membayangkan bahwa permasalahan yang terjadi adalah seperti Goliat, raksasa dari Filistin yang sepertinya sulit untuk ditaklukkan. Kemudian kita menjadi gelisah dan tawar hati, lalu kita menyerah kepada keadaan yang ada. Kita tidak boleh digerakkan oleh perasaan atau pemikiran kita, atau bagaimana situasi yang terlihat di hadapan kita. Kita harusnya digerakkan pada apa yang dikatakan Tuhan dalam firmanNya seperti Daud yang berpegang teguh pada kebenaran firmannya, sehingga Goliat pun terkapar di tangannya. Biarkanlah angin bertiup dan badai menyerang! Tuhan Yesus adalah Batu Karang kita sampai selama-lamanya.
Selama kita berdiri pada Batu Karang yang teguh, apa pun yang kita lihat, apa pun yang terjadi tidak dapat menggoyahkan kita.
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 April
2013 -
0 komentar:
Posting Komentar