MEMBUKA TANAH BARU (1)
Baca: Yeremia 4:1-4
"Bukalah bagimu tanah baru, dan janganlah menabur di tempat duri tumbuh." Yeremia 4:3
"Bukalah bagimu tanah baru, dan janganlah menabur di tempat duri tumbuh." Yeremia 4:3
Apa yang dimaksud dengan membuka tanah baru? Menurut kita membuka tanah baru berarti membuka hutan, menebangi semua pohon yang ada serta mendongkel pangkal batang sampai akar-akarnya; setelah bersih tanah itu kita tanami dengan benih yang baru. Tapi perhatikan kebiasaan orang Israel bercocok tanam: mereka hanya diperbolehkan menggarap tanah pertaniannya selama enam tahun, dan pada tahun ketujuh tanah itu harus diistirahatkan. "Enam tahun lamanya engkau harus menaburi ladangmu, dan enam tahun lamanya engkau harus merantingi kebun anggurmu dan mengumpulkan hasil tanah itu, tetapi pada tahun yang ketujuh haruslah ada bagi tanah itu suatu sabat, masa perhentian penuh, suatu sabat bagi TUHAN. Ladangmu janganlah kautaburi dan kebun anggurmu janganlah kaurantingi." (Imamat 25:3-4). Jadi selama satu tahun tanah itu dibiarkan begitu saja tanpa dicangkul, dibajak atau pun diairi. Akibatnya? Tanah itu menjadi sangat keras dan hanya ditumbuhi oleh tanaman liar seperti ilalang dan semak duri. Karena tanahnya sudah mengeras dan dipenuhi oleh ilalang dan semak duri, benih sebaik apa pun yang ditabur tidak akan bisa tumbuh dengan baik, pada akhirnya akan mati.
Begitulah keadaan hati seseorang yang lama tidak tersentuh oleh 'mata bajak dan tidak mengalami aliran-aliran air hidup'. 'Tanah' hatinya sangat keras dan dipenuhi oleh berbagai 'belukar', ilalang dan semak duri'. Sebaik apa pun benih yang ditabur tidak akan menghasilkan tuaian sebab benih itu pasti akan mati. Keadaannya tetap kering dan gersang. Kerohaniannya tetap saja kerdil, tetap kanak-kanak dan tidak pernah bertumbuh seperti perumpamaan seorang penabur yang menaburkan benihnya: "Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati." (Lukas 8:6-7). Tentunya ini sangat mengecewakan!
Bagaimana kehidupan rohani Saudara? Jika menyadari bahwa kerohanian kita stagnan dan tidak pernah bertumbuh, itu tandanya bahwa ladang atau tanah hati kita sudah menjadi keras. Kita perlu diproses dan dibentuk kembali, jika tidak, sampai kapan pun tidak akan menghasilkan. (Bersambung)
Disadur dari Renungan Harian Air
Hidup, edisi 30 Mei 2013 -
0 komentar:
Posting Komentar