GBI Gema Golgota

Jumat, 21 Februari 2014

KUNCI KESEMBUHAN: Datang Kepada Yesus

KUNCI KESEMBUHAN: Datang Kepada Yesus
Baca:  Matius 8:1-4

"Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya."  Matius 8:3b



Bagaimana supaya kuasa kesembuhan dari Tuhan itu terjadi dalam kehidupan kita?  Syarat satu-satunya adalah percaya dan beriman kepada Tuhan Yesus.  Tanpa iman yang sungguh, tidak mungkin terjadi kesembuhan.  Kita tidak akan beroleh kesembuhan jika kita tidak percaya dan masih meragukan kuasa Tuhan sanggup menyembuhkan segala penyakit dan menghancurkan segala kuasa setan.  Dimana ada kebimbangan dan keragu-raguan, disitu pasti tidak ada iman.  Alkitab menyatakan bahwa,  "...tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah."  (Ibrani 11:6)  dan orang yang bimbang tidak akan menerima sesuatu dari Tuhan  (baca  Yakobus 1:6-7), artinya mustahil kita akan melihat kemuliaan Tuhan dinyatakan atas kita.

     Saat berada di Nazaret, Yesus tidak banyak melakukan mujizat disana.  Hal ini bukan karena Yesus tidak sanggup, tapi karena orang-orang Nazaret tidak percaya kepada-Nya, dengan berkata:  "Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Lalu mereka kecewa dan menolak Dia."  (Matius 13:55-57a).

     Langkah awal untuk mengalami kesembuhan dari Tuhan adalah datang kepada Tuhan Yesus dengan iman.  Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus,  "...lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."  (Matius 8:2).  Kata  'sujud menyembah'  berarti datang dengan penuh kerendahan hati.  Banyak orang sakit tidak mau datang kepada Tuhan Yesus, yang adalah sang Juruselamat, tetapi mereka lebih memilih untuk mencari pertolongan kepada kuasa-kuasa gelap.  Dan pernyataan,  'jika Tuhan mau, Tuhan dapat mentahirkan aku'  adalah kata-kata yang positif sebagai ekspresi iman yang hidup.  Iman itu mengalahkan perasaan dan logika!  Iman itu tidak bergantung pada panca indera dan tidak terpengaruh oleh keadaan yang ada.  Iman itulah percaya yang sungguh akan perkara-perkara yang diharapkan dan keyakinan akan hal-hal yang tidak kelihatan.  Dan akhirnya,  "...Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: 'Aku mau, jadilah engkau tahir.' Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya."  (Matius 8:3).
Mujizat pun dinyatakan!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Februari 2014 

0 komentar:

Posting Komentar